Monday, September 04, 2006

Lagi Suka Sepeda!

Berhubung sekarang lagi musimnya Tour d’Indonesia 2006, saya sekarang jadi suka sepeda. Namun berhubung sepeda saya tercinta ban-nya lagi kempes dan saya malas memompanya, jadi sepeda itu untuk sementara tidak digunakan dulu. Apalagi mengingat saya nggak punya rantai sepeda dan helm untuk keamanan saya dan sepeda saya, jadi akhirnya saya menyingkirkan niat saya untuk melangsungkan Tour d’Arcamanik atau Tour d’Ganesa (halah, ngaco deh…).
Sepeda memang alat transportasi jarak dekat-menengah yang menyenangkan karena fisiknya yang cukup ringan, bisa dibawa ngebut (tergantung usaha pengendaranya sih), ramah lingkungan, dan juga irit karena ga pake bensin. Berdasarkan pengalaman, ternyata dari rumah saya (Arcamanik) ke kampus (ITB) naik sepeda dengan kecepatan sedang hanya menghabiskan waktu kira-kira 50 menit, sama seperti naik angkot termasuk nunggu angkotnya ngetem di beberapa tempat. Cuma, setelah sampai di kampus saya harus menunggu sekitar 15 menitan lagi sebelum beraktivitas yang lain untuk menunggu menguapnya keringat di pakaian saya.
Belakangan ini, saya baru memperhatikan bahwa ada gerakan ‘bike to work’ (b2w). Gerakan ini mengkampanyekan bersepeda sebagai sarana transportasi menuju ke kantor. Alasannya diantaranya adalah ramah lingkungan, bebas macet, hemat energi, dan menyehatkan tubuh. Bener juga sih, kalau para pekerja di kantor banyak yang naik sepeda, berapa banyak bahan bakar yang bisa dihemat, polusi yang bisa dikurangi, dan lemak yang bisa dikurangi (lemak?? hmm…). Efek buruknya mungkin adalah kamar mandi di kantor akan penuh antrian pada saat para karyawan baru sampai di kantor karena memang tidak nyaman jika harus bekerja dengan pakaian penuh dengan keringat, atau bagi yang datang terlambat terpaksa harus bekerja dengan badan yang bau keringat hehehe… (ngarang banget deh)
Pokoknya, menurut saya sepeda itu keren.

Menurut berbagai sumber, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Perancis pada awal abad ke-18, yaitu alat transportasi roda dua yang dikenal dengan nama velocipede. Nama tersebut berhubungan dengan kata velox atau veloc- yang berarti cepat dan pedis yang berarti kaki, dalam bahasa latin. Lalu, pada tahun 1818, seorang Jerman yang bernama Baron Karl Drais von Sauerbronn menyempurnakannya dan mengenalkan draissienne.
Sepeda yang menggunakan pedal baru ditemukan pada tahun 1839, oleh Kirkpatrick MacMillan, pandai besi Skotlandia. Lalu ditemukan pula penyempurnaan- penyempurnaan lain seperti penggunaan velg, pengubahan ukuran ban, penggunaan ban karet, dan penambahan jumlah roda sepeda (menjadi sepeda roda tiga yang dianggap lebih aman untuk digunakan). Namun salah satu penyempurnaan paling keren adalah tahun 1888 ketika John Dunlop menemukan teknologi ban karet berisi angin sehingga laju sepeda pun tak lagi berguncang.
Di Indonesia, konon velocipede dibawa oleh bangsa Portugis masuk Nusantara, dan dengan kolaborasi indra pendengaran dan pengucapan, lahirlah kata sepeda. Namun tentu saja pada tiap suku bangsa punya istilah sendiri untuk kata sepeda yang berbeda-beda.

Sekarang ini, ada beberapa jenis sepeda yang lazim digunakan, diantaranya:
Sepeda Gunung (Mountain Bike)
Sepeda ini digunakan pada medan yang cukup sulit seperti menanjak, jalan yang tidak rata, dsb. Sepeda jenis ini cocok digunakan pada segala macam situasi, sehingga sepeda jenis inilah yang paling banyak digunakan.
Sepeda Mini
Biasanya digunakan oleh perempuan, ditandai dengan ‘palang’ (semacam batang penghubung pada sepeda, saya ngga tau istilah yang benernya) yang rendah sehingga mereka bisa leluasa menggenjot sepeda ini. Ada juga sepeda mini untuk anak-anak, yang roda belakangnya bisa ditambahkan 2 roda kecil (buat yang baru belajar naik sepeda).
Sepeda Onthel/Jengki
Sepeda warisan yang tak kalah handalnya, banyak orang yang mengkoleksi sepeda ini
Sepeda Balap
Biasanya digunakan dengan kecepatan tinggi, dengan jalan yang dilalui dapat dibilang aspal mulus dan tidak macet.
Sepeda BMX
Pengguna sepeda ini biasanya orang yang sangat energik dan luwes juga punya manuver yang tinggi. Biasanya dipakai untuk menampilkan atraksi akrobatik pada kompetisi olahraga ekstrim.
Sepeda Roda Tiga
Sepeda ini tentunya untuk balita, dan tidak butuh keseimbangan seperti pada penggunaan sepeda roda dua pada umumnya.
Sepeda Listrik
Sepeda jenis ini memang lagi tren, memadukan sepeda dengan mesin yang bekerja dengan tenaga listrik sehingga tidak perlu menggenjot pedalnya (seperti sepeda motor), tapi kalo baterainya habis sepeda dapat digenjot seperti sepeda pada umumnya. Sepeda seperti ini tersedia dalam berbagai model.

Menurut Pak Budi Santoso (yang tentunya saya ngga kenal) di website b2w indonesia, pilihlah sepeda sesuai dengan postur tubuh anda, dan jangan lupa sepeda yang anda pilih adalah sepeda yang cocok dengan selera anda. Jika tertarik untuk menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi sehari-hari anda (buat kuliah, kerja, dsb), beliau memberikan tips-tips sebagai berikut:
Untuk B2W, sepeda kita harus lincah menyelip saat macet, mudah naik turun trotoar, dan mudah dipacu saat jalanan lengang. Rekomendasi dari kami, gunakan sepeda jenis mountain bike (sepeda gunung) karena terbukti handal untuk dipakai di segala medan jalan (aspal/tanah bebatuan). Agar lebih nyaman saat B2W, ada beberapa kiat dibawah ini:
- Pilihlah frame (rangka sepeda) yang ringan, minimal bahan aluminium yang banyak dijual di pasaran.
- Pilihlah sadel (tempat duduk) yang empuk, nyaman saat kita duduki, sesuaikan dengan jenis kelamin dan pinggul kita.
- Pilihlah fork (garpu depan) yang rigid atau bersuspensi untuk lebih nyaman saat melewati gundukan jalan.
- Pilihlah shifter (pemindah gigi kecepatan) agar kita bisa atur kecepatan bersepeda.
- Pilihlah ban luar yang profil bannya halus (slick) jika jalur B2W didominasi jalan aspal atau yang sedikit pacul, jika melewati jalan offroad.
- Pilihlah handle bar (stang) tipe rise bar (melengkung) atau flat bar (mendatar) tergantung postur tubuh
.”

Tertarik ber-b2w? Jangan lupa gunakan helm dan taatilah rambu-rambu lalu lintas di jalan raya. Serta jangan lupa mengunci sepeda anda ketika meninggalkannya di parkiran.
Tapi, kalau saya, masih malas bersepeda dengan alasan tidak punya helm sepeda dan malas berkeringat ria...
(Gimana sih?? Udah nulis tentang sepeda tapi males naik sepeda??!)