Monday, December 19, 2005

kapan aku mengingat mati

ketika melayat kerabat yang meningal dunia?
ketika menengok orang sakit?
ketika shalat?
dalam doa setelah shalat?
sebelum tidur?
setelah bangun tidur?
waktu kuliah?
ketika membuat laporan praktikum?
atau waktu UTS dan UAS?
saat diberi amanah jadi pengurus himpunan?
ketika menjadi panitia kaderisasi himpunan?
atau ketika berkegiatan di organisasi lain?
saat evaluasi suatu acara?
waktu menonton berita di TV?
ketika makan?
ketika jalan-jalan di alam terbuka?
atau waktu belanja di mal?
saat hujan turun?
atau saat musim kemarau tiba?
saat tahun berganti?
ketika umur bertambah satu?
saat sedang bercermin?
ketika merasa gembira?
atau saat sedih datang?

Dan aku terdiam karena menyadari bahwa aku lebih banyak menggeleng daripada mengangguk saat semua pertanyaan itu muncul. Aku sadar aku belum boleh mati sekarang.
SUNGGUH AKU BELUM SIAP.
[anin]

4 comments:

Anonymous said...

renungan yang menyentuh...
semoga tetap istiqomah;)

Anonymous said...

mengingat mati, mungkin kita jadi suka ma yg namanya turbulensi dalam hidup coz bisa jadi turbulensi itulah yang mendidik kita ga takut lagi ma kematian.

Anonymous said...

mba anin kadang2 puitis

Anonymous said...

anda telah membuat saya mengingat mati dengan tulisan ini